Keadaan
ekonomi global sekarang ini bisa digambarkan seperti kendaraan yang
sudah tidak bisa dikendalikan sepenuhnya oleh pengemudinya. Kondisi
ekonomi beberapa negara maju yang kita bisa jadikan sebagai acuan
pergerakan ekonomi global menunjukan indikasi ini secara jelas.
Amerika Serikat
Amerika Serikat sebagai negara dengan GDP USD 15.094 milyar, terbesar di dunia, menyadari bahwa mesinnya batuk-batuk dan cenderung akan mogok, maka berbagai upaya bongkar pasang instrumen dilakukan agar bisa kembali tancap gas. Debt to GDP ratio negara raksasa ini juga sudah mencapai 101.6%, bila diilustrasikan sebuah pabrik, maka hutangnya sebesar hasil produksi pabrik tersebut selama setahun.
Amerika Serikat sebagai negara dengan GDP USD 15.094 milyar, terbesar di dunia, menyadari bahwa mesinnya batuk-batuk dan cenderung akan mogok, maka berbagai upaya bongkar pasang instrumen dilakukan agar bisa kembali tancap gas. Debt to GDP ratio negara raksasa ini juga sudah mencapai 101.6%, bila diilustrasikan sebuah pabrik, maka hutangnya sebesar hasil produksi pabrik tersebut selama setahun.
Instrumen
moneter dikutak-katik untuk menambah oktan bahan bakar, dengan beberapa
kali menurunkan suku bunga supaya agar iklim investasi terdorong,
dimana pemotongan suku bunga acuan sebesar 325 bps dalam periode Januari
hingga Desember 2008 yaitu dari 3.5% di bulan Januari hingga 0.25% di
bulan Desember. Selanjutnya mengupayakan lagi dengan mengganti system
pembakaran, dengan system ini dipastikan bahwa guyuran bahan bakar bisa
lebih besar dan tidak akan kurang, maka diluncurkan QE1 November 2008 –
Maret 2010, USD 1.425 triliun disuntikkan ke ekonomi AS, USD 1.25
triliun dalam bentuk sekuritas (mortgage-backed securities), instrumen
sekuritas yang terkait Sub Prime Loan, lalu USD 175 miliar dalam bentuk
obligasi lembaga (lembaga yang disponsori pemerintah), QE2: November
2010 – Juni 2011, USD 600 miliar digelontorkan untuk membeli sekuritas
milik pemerintah AS, Total QE USD 2.025 triliun, QE3 dan QE4 September
2012, masih berjalan, Fed membeli mortgage-backed securities sebesar USD
40 miliar per bulan, mulai Januari 2013, pembelian ini dinaikkan USD 45
miliar per bulan untuk membeli sekuritas jangka panjang pemerintah
sehingga total USD 85 miliar per bulan.
Namun
setiap kali diguyur bahan bakar berupa likuiditas, maka gas bisa
mengencang sesaat lalu melambat lagi, kemudian mulai dicoba mencari
jalan keluar lain, dicarilah bagian-bagian kendaraan yang kontribusi
kurang malah memperberat beban, mulailah dicopot-copot dan dibuang, AC
dimatikan, Ban serep dibuang, bemper dicopot supaya ringan walau
kenyamanan dan keamanan sudah menjadi minim, AS mulai menerapkan
kebijakan fiscal yang pada intinya bukan lagi mengurangi pengeluaran,
bahkan sudah pada batas memotong anggaran yang ada, hingga dikawatirkan
ekonomi bisa roboh karena pmotongan yang berlebih (Fiscal Cliff).
Negara Eropa
Negara-negara Eropa berbeda lagi suasananya, mereka semula berkendaraan bersama-sama beriring-iringan supaya aman dan bisa saling tolong menolong, tentunya ini sudah menjadi kesepakatan yang dijunjung bersama. Namun di tengah perjalanan setelah melalui medan yang sulit, beberapa negara mulai kehabisan bahan bakar, seharusnya sudah mogok, namun karena perjalanan dengan banyak teman, maka teman yang lain dengan setia menyumbangkan bensinnya, tentu dengan hitungan sebagai teman.
Negara-negara Eropa berbeda lagi suasananya, mereka semula berkendaraan bersama-sama beriring-iringan supaya aman dan bisa saling tolong menolong, tentunya ini sudah menjadi kesepakatan yang dijunjung bersama. Namun di tengah perjalanan setelah melalui medan yang sulit, beberapa negara mulai kehabisan bahan bakar, seharusnya sudah mogok, namun karena perjalanan dengan banyak teman, maka teman yang lain dengan setia menyumbangkan bensinnya, tentu dengan hitungan sebagai teman.
Ternyata
kondisi tidak lebih baik, makin lama makin banyak yang kehabisan
bensin, maka disepakati harus irit bahan bahan bakar dengan Austerity
Policy, hasilnya bukannya perjalanan lebih pasti malah mesin mulai
rusak. Instrumen moneter sudah tidak bisa lagi diterapkan, suku bunga
sudah hampir menempel ke angka nol tetap juga tidak berpengauh, fiscal
policy sudah mulai menjerat leher, bukan lagi irit tapi sudah bisa
menggiring pada kematian. Teman yang menolong sudah mulai marah dan
mengancam tidak mau menolong lagi, karena berapapun bantuan tambahan
bensin hanyut begitu saja dan keadaan tidak lebih baik.
Jepang
Jepang beda lagi ceritanya, sebelumnya dia membuat sirik orang karena kendaraannya selalu kinclong dan bisa ngebut dimana-dimana, namun kali ini kondisi global membuat laju kendaraannya terjebak lumpur licin, bahkan mendapat celaka Tsunami sehingga sempat penyok dan beberapa bagian rusak. Perjalanan harus terus dilanjutkan sambil membenahi beberapa yang rusak, mau minta tolong sangatlah tidak mudah, karena sebelumnya kendaraannya memang lebih bagus dari yang lain, bahkan yang ada justru jalurnya telah mulai diserobot oleh kompetitor. Produk-produk unggulan Jepang seperti halnya perangkat elektronik, tidak lagi kompetitif bukan karena persaingan tehnologi-nya tetapi nilai tukar Yen yang tidak kompetitif membuat market share-nya digerogoti oleh negara-negara pesaing yang memang dari dulunya agak sirik dengan penguasaan pasar oleh Jepang, seperti Korea Selatan dan China. Bukan hanya itu, kondisi masih diperburuk lagi dengan masalah geopolitik dengan negara tetangga, ribut dengan China karena berebut pulau Senkaku, ancaman rudal nuklir dari Korea Utara bisa menjadi potensi guncangan ekonomi yang penyebabnya non ekonomi.
Jepang beda lagi ceritanya, sebelumnya dia membuat sirik orang karena kendaraannya selalu kinclong dan bisa ngebut dimana-dimana, namun kali ini kondisi global membuat laju kendaraannya terjebak lumpur licin, bahkan mendapat celaka Tsunami sehingga sempat penyok dan beberapa bagian rusak. Perjalanan harus terus dilanjutkan sambil membenahi beberapa yang rusak, mau minta tolong sangatlah tidak mudah, karena sebelumnya kendaraannya memang lebih bagus dari yang lain, bahkan yang ada justru jalurnya telah mulai diserobot oleh kompetitor. Produk-produk unggulan Jepang seperti halnya perangkat elektronik, tidak lagi kompetitif bukan karena persaingan tehnologi-nya tetapi nilai tukar Yen yang tidak kompetitif membuat market share-nya digerogoti oleh negara-negara pesaing yang memang dari dulunya agak sirik dengan penguasaan pasar oleh Jepang, seperti Korea Selatan dan China. Bukan hanya itu, kondisi masih diperburuk lagi dengan masalah geopolitik dengan negara tetangga, ribut dengan China karena berebut pulau Senkaku, ancaman rudal nuklir dari Korea Utara bisa menjadi potensi guncangan ekonomi yang penyebabnya non ekonomi.
Cyprus
Cyprus bailout yang sekarang ini menjadi topik banyak pembicaraan para pelaku bisnis merupakan gambaran kompleksitas dan saling berkaitan kesulitan ekonomi secara global. Negara yang selama ini menjadi tax heaven, ketika mulai batuk-batuk hampir mogok, bukan saja dia sendiri yang panik, namun orang lain ikut panik semua.
Cyprus bailout yang sekarang ini menjadi topik banyak pembicaraan para pelaku bisnis merupakan gambaran kompleksitas dan saling berkaitan kesulitan ekonomi secara global. Negara yang selama ini menjadi tax heaven, ketika mulai batuk-batuk hampir mogok, bukan saja dia sendiri yang panik, namun orang lain ikut panik semua.
Mengapa
ikut panik, karena Cyprus sudah sadar bahwa instrumen moneter sudah
tidak jalan, instrumen fiscal juga sudah pasti tidak memberi dukungan,
austerity policy yang dilakukan di negara lain memberi bukti bukan
tambah baik malah tambah rusuh, jadi apalagi yang bisa dilakukan, maka
dibuatlah proposal pemungutan pajak deposito, yang secara normal
dilakukan adalah dikenakan pajak bunga sebagai pajak penghasilan bagi
penerima pendapatan bunga, namun kali ini yang dikenakan adalah pajak
terhadap saldo deposito, dengan kata lain adalah pemotongan paksa dana
yang disimpan para deposan. Berikut proses kebijakan fiskal dalam rangka
menyelamatkan ekonomi Cyprus,
Proposal awal:
Pemajakan sebesar 6.75% untuk deposito 20,000-100,000 euro
Pemajakan sebesar 9.9% untuk deposito >100,000 euro.
Proposal awal ini dibatalkan sebab dirasa penting untuk melindungi deposito dalam jumlah kecil. Karena itu akhirnya proposal yang diajukan ke parlemen adalah pemajakan sebesar 15.6% untuk deposito berjumlah >100,000 euro. Parlemen Siprus menolak opsi ini.
Pemajakan sebesar 6.75% untuk deposito 20,000-100,000 euro
Pemajakan sebesar 9.9% untuk deposito >100,000 euro.
Proposal awal ini dibatalkan sebab dirasa penting untuk melindungi deposito dalam jumlah kecil. Karena itu akhirnya proposal yang diajukan ke parlemen adalah pemajakan sebesar 15.6% untuk deposito berjumlah >100,000 euro. Parlemen Siprus menolak opsi ini.
Akhirnya dicapai kesepakatan sebagai berikut:
Cyprus Popular Bank yang 84 persen sahamnya dimiliki oleh pemerintah akan ditutup. Nasabah yang akan kehilangan dananya adalah pemegang deposito dan obligasi yang tidak diasuransikan, termasuk juga kreditur senior. Pemegang obligasi senior juga akan berkontribusi terhadap rekapitalisasi Bank of Cyprus.
Cyprus Popular Bank yang 84 persen sahamnya dimiliki oleh pemerintah akan ditutup. Nasabah yang akan kehilangan dananya adalah pemegang deposito dan obligasi yang tidak diasuransikan, termasuk juga kreditur senior. Pemegang obligasi senior juga akan berkontribusi terhadap rekapitalisasi Bank of Cyprus.
Kesepakatan bailout dengan
para pemimpin Eropa pada awal minggu ini akhirnya terjadi, sehingga
Cyprus dapat terhindar dari kebangkrutan. Uni Eropa dan IMF setuju
memberikan dana talangan sekitar 10 miliar Euro atau 13 miliar USD, dengan salah satu syaratnya adalah pemerintah Cyprus harus melikuidasi Cyprus Popular Bank Plc, bank terbesar ke-2 di
Cyprus.
Mengapa Negara Eropa tergoda untuk memaksakan kebijakan ini ? demi mengamankan pinjaman ke Cyprus sebesar 10 miliar Euro ini maka perlu sumber pembayaran melalui penerapan pajak deposito. Selama ini Cyprus sebagai negara tax heaven, dana mengalir dari seluruh penjuru dunia memanfaatkan fasilitas bebas pajak sebagai pelarian dana untuk transaksi-transaksi yang menghindar pajak, mayoritas dana individual dan perusahaan dari Rusia yang diparkir di Cyprus, diduga bisa mencapai 70 miliar euro deposito yang diinvestasikan oleh perbankan Cyprus, dengan porsi eksposure seperti gambar di bawah ini (data dari WSJ).
Mengapa Negara Eropa tergoda untuk memaksakan kebijakan ini ? demi mengamankan pinjaman ke Cyprus sebesar 10 miliar Euro ini maka perlu sumber pembayaran melalui penerapan pajak deposito. Selama ini Cyprus sebagai negara tax heaven, dana mengalir dari seluruh penjuru dunia memanfaatkan fasilitas bebas pajak sebagai pelarian dana untuk transaksi-transaksi yang menghindar pajak, mayoritas dana individual dan perusahaan dari Rusia yang diparkir di Cyprus, diduga bisa mencapai 70 miliar euro deposito yang diinvestasikan oleh perbankan Cyprus, dengan porsi eksposure seperti gambar di bawah ini (data dari WSJ).
Rencana kebijakan pajak “merampok deposan”
ini diharapkan langsung menyelesaikan permasalahan kekurangan
likuiditas negaranya. Namun dampak dari policy ini membuat kepanikan
dari para pemilik dana yang notabene para pemilik dana "siluman"
tersebar di seluruh dunia, sehingga goncanglah bursa dan perdagangan
akibat rencana tersebut.
Syukurlah Parlemen Cyprus menentang rencana itu sehingga rencana ini batal, namun pelajaran yang bisa kita lihat bahwa kesulian ekonomi global kali ini memberi gambaran bahwa para pengemudi sudah kehabisan intrumen untuk mengendalikan kendaraannya agar terus bisa melaju.
Syukurlah Parlemen Cyprus menentang rencana itu sehingga rencana ini batal, namun pelajaran yang bisa kita lihat bahwa kesulian ekonomi global kali ini memberi gambaran bahwa para pengemudi sudah kehabisan intrumen untuk mengendalikan kendaraannya agar terus bisa melaju.
Kesempatan Yang Sempit
Dalam sebuah perlombaan balap mobil, sekalipun banyak terjadi benturan dan kecelakaan tetap saja ada yang keluar sebagai juara. Sang juara bisa jadi memang sejak start memimpin pertandingan, tetapi bisa juga karena yang mereka yang berusaha memperoleh posisi pertama justru saling bertabrakan sehingga yang di belakang justru terhindar dari kecelakaan.
Dalam sebuah perlombaan balap mobil, sekalipun banyak terjadi benturan dan kecelakaan tetap saja ada yang keluar sebagai juara. Sang juara bisa jadi memang sejak start memimpin pertandingan, tetapi bisa juga karena yang mereka yang berusaha memperoleh posisi pertama justru saling bertabrakan sehingga yang di belakang justru terhindar dari kecelakaan.
Sekarang
kita lihat, negara mana yang masih mempunya andalan sehingga instrument
ekonominya masih bisa dioptimalkan untuk memacu laju ekonominya.
Amerika Serikat yang selama ini menguasai tehnologi juga memiliki kekayaan sumber daya alam, diprediksi akan berusaha kembali memimpin melalui perpaduan kekuatan tehnologi dan sumber alamnya untuk memanfaatkan cadangan gas bumi dan energy alternative non minyak untuk mendobrak ekonominya supaya tidak tergantung dengan import minyak yang sangat memberatkan beban ekonomi AS.
Amerika Serikat yang selama ini menguasai tehnologi juga memiliki kekayaan sumber daya alam, diprediksi akan berusaha kembali memimpin melalui perpaduan kekuatan tehnologi dan sumber alamnya untuk memanfaatkan cadangan gas bumi dan energy alternative non minyak untuk mendobrak ekonominya supaya tidak tergantung dengan import minyak yang sangat memberatkan beban ekonomi AS.
Jerman,
yang juga piawai di bidang tehnologi dan otomotive, sampai sekarang
ditopang kuat oleh faktor ini, sehingga kemungkinan akan keluar dari
problem yang melilit negara-negara Eropa.
Negara-negara BRICS (Brazil,
Russia, India, China, South Afica) memiliki potensi sumber daya alam,
demography yang kuat untuk permintaan dalam negeri, tenaga kerja yang
relative murah, sehingga pertumbuhan ekonominya bisa melejit.
Negara-negara Asia Kuning (China, Korea, Jepang) dan
ASEAN memiliki potensi untuk melanjutkan pertumbuhan ekonominya sebagai
negara berkembang, hanya saja ketidakstabilan geopolitik sehubungan
ancaman Korea Utara bisa mengganggu masa depan ekonomi negara
sekitarnya.
Indonesia,
yang sekarang ini sering dijuluki ekonomi komodo, dimana sifatnya buas,
kebal dan khas Indonesia, dengan potensi sumber alam, demography dan
stabilitas politiknya, diperkirakan akan terus memanfaatkan kesempatan
gunjang-ganjing ekonomi global ini dengan mencuri perhatian dana-dana
investasi untuk terus masuk ke Indonesia yang menarik dari sisi kekuatan
ekonomi domestiknya.
Hal
ini sangat dimungkinkan bila disertai dengan perbaikan kualitas sumber
daya manusia, infrastruktur dan kepastian hukum bagi para investor.
Siapa pemenang pertandingan ini ? kita tunggu hasilnya, setiap pertandingan akan menghasilnya juaranya.
Mungkinkah Indonesia ? bila
memang para negara maju dan negara-negara Eropa tidak bisa melepaskan
diri dari permasalahannya, dan negara-negara Asia Kuning terlibat
masalah regionalnya, maka tidak tertutup kemungkinan untuk Indonesia
mengambil posisi kedepan. Kalaupun tidak juara pertama, minimal juara
harapan.
Sumber: Vibiznews
Pembaca yang baik adalah pembaca yang selalu memiliki pendapat terhadap apa yg ia baca. Silahkan memberi komentar sesuai aturan :
1 Menggunakan bahasa yang baik dan sopan
2. Dilarang memberikan link yang tidak senonoh dan atau membahayakan
3. Apabila ingin copas artikel silahkan backlink ke artikel terkait
TERIMA KASIH telah berkunjung..!
EmoticonEmoticon